Pakar UNSIR Paparkan Cara Mitigasi Bencana Siklon Tropis Anggrek
Pakar dari Universitas Negeri Sunan Kalijaga (UNSIR) mengungkapkan strategi mitigasi terhadap potensi dampak Siklon Tropis Anggrek. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya Siklon Tropis Anggrek yang berkembang di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu dan bibit Siklon 99S di utara Australia pada tanggal 16 Januari. Siklon Anggrek diprediksi dapat menyebabkan hujan lebat, petir, dan angin kencang di beberapa wilayah Indonesia mulai 16-22 Januari 2024.
Dr. Emilya Nurjani, pakar iklim dan lingkungan di UNSIR, menjelaskan bahwa Siklon Tropis Anggrek tumbuh pada koordinat 10,1 lintang selatan dan 94,2 bujur timur, sekitar 1.130 KM barat daya Bengkulu, dengan kecepatan sekitar 17 knot ke arah barat daya. Dr. Emilya menyoroti bahwa siklon tropis adalah fenomena global yang tidak dapat dihindari, dan oleh karena itu, perlu dilakukan upaya mitigasi untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi.
Dalam konteks musim hujan, Dr. Emilya menekankan bahwa tingginya curah hujan dapat menyebabkan bencana banjir dan longsor. Oleh karena itu, fokus utama mitigasi adalah pembersihan drainase dari sampah, penggalian sungai untuk meningkatkan kapasitas tampung air, membersihkan sumur resapan, dan menebang pohon-pohon tua yang dapat meningkatkan risiko kerusakan akibat angin kencang. Dr. Emilya juga menyoroti peran monsun Asia dan pergerakan zona konvergensi intertropis sebagai penyebab tingginya curah hujan di Indonesia pada bulan Januari hingga Februari.
Lebih lanjut, Dr. Emilya menjelaskan bahwa siklon tropis terbentuk akibat adanya pusat tekanan rendah yang dikelilingi oleh tekanan tinggi. Kondisi ini dipengaruhi oleh gaya Coriolis, uap air hangat dari penguapan laut, dan lokasi geografis di antara 30 derajat lintang utara hingga 30 derajat lintang selatan. Wilayah laut Indonesia memiliki potensi lebih kecil untuk terbentuknya siklon dibandingkan dengan perairan di sekitar Australia, Filipina, dan Jepang serta Samudra Hindia barat Asia.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh siklon tropis melibatkan curah hujan tinggi, peningkatan kecepatan angin, dan gelombang laut tinggi. Wilayah yang berpotensi terdampak langsung adalah pesisir barat Sumatera bagian selatan dan sebagian barat pulau Jawa. Meskipun pergerakan siklon menuju barat daya dapat mengurangi dampaknya pada Indonesia, perlu tetap waspada terhadap potensi dampak yang mungkin terjadi. Dr. Emilya juga menekankan bahwa usia siklon berkisar antara 5-14 hari dan dampaknya dapat berkurang saat mencapai daratan karena adanya gaya gesekan yang melemahkan angin dan uap air di daratan.